sudah lama saya tidak post di blog tercinta ini. Pada postingan ini, saya akan menceritakan masa-masa saya selama menjadi MT (Management Trainee) di sebuah perusahaan FMCG swasta.
Bagi yang sudah baca postingan saya sebelumnya, pasti sudah tau doong di perusahaan mana saya menjadi MT. Akan tetapi postingan ini tidak bermaksud sama sekali menjelek-jelekkan atau mempromosikan program MT, atau tempat saya bekerja semasa MT.
Postingan ini murni membicarakan apa yang saya alami dan rasakan semasa menjadi MT, dengan harapan bisa menjadi sumber yang obyektif dan wawasan bagi rekan-rekan yang ingin tau lebih dalam menjadi MT, khususnya di perusahaan FMCG swasta.
Okee, aku akan mulai dengan sisi positifnya dulu, baru lanjut ke sisi negatifnya, Cekidott!!
Sisi Positif :
1. Gengsi Gede (cieee cieee)
Siapa yang tidak tau program MT?? hampir semua orang sudah familiar dengan program bergengsi ini, apalagi kids zaman now. Yappss, MT adalah program sangat spesial yang memberikan kesempatan bagi para pesertanya (biasanya, fresh graduate atau sudah 1 tahun bekerja) untuk mendapatkan posisi selevel manajer atau paling tidak supervisor di perusahaan tersebut dalam waktu cukup cepat (minimal 1 tahun).
Berdasarkan pengalaman saya sendiri, hampir semua orang yang saya kenal sangat kagum mendengar saya berhasil mendapatkan posisi MT. Sehingga otomatis membuat saya tidak malu-malu amat ketika memperkenalkan diri, apalagi disaat reunian sama teman-teman atau disaat berkumpul dengan keluarga besar merayakan lebaran (ciee ciiee MT cieee).
Begitupun di tempat saya bekerja, rekan rekan kerja saya cukup kagum dengan para MT, karena mereka tau seleksi yang cukup susah untuk menjadi MT, apalagi MT akan menjadi calon pimpinan di tempat mereka bekerja.
Soo far dalam bersosialisasi, being an MT tuh rasanya seperti jadi anak emas karena dianggap pinter, masa depan cerah, dan lain lain (cieee cieee MT cieee).
2. Banyak Ilmu
Being an MT means preparing yourself to become a future leader. Bukan MT namanya kalo para pesertanya hanya diberikan pekerjaan monoton nan membosankan sampai pensiun. Saya sendiri langsung diberi tugas menjadi seorang supervisor, walau pada hari hari pertama masih gabut, karena saya harus mengerti proses pekerjaan (work flow) di tempat saya bekerja, jobdesc setiap staff di tempat saya bekerja, jobdesc dan KPI pekerjaan saya, juga mengenal atasan, rekan kerja dan bawahan tempat saya bekerja. Saya juga sebelumnya sudah diberi pembekalan pelatihan bagaimana cara menjadi supervisor yang bagus selama seminggu.
Naah, dari pengalaman saya menjadi supervisor inilah, saya mendapat buaanyaaakk sekali ilmu dan pengalaman dalam bekerja, juga melakukan presentasi. Karena being an MT bukan hanya bekerja saja, tapi juga mempresentasikan apa yang kita lakukan, juga improvement plan dan implementasinya, guys.
Ilmu ilmu penting yang saya dapat itu seperti bagaimana menghadapi perbedaan pendapat dengan baik, bagaimana meyakinkan orang lain dengan pendapat kita, bagaimana mempertanggung jawabkan pekerjaan kita, kapan harus bersikap TEGAS dan kapan harus bersikap menghargai rekan kerja, bagaimana untuk tetap semangat walau hasil pekerjaan kita kurang baik, loyalitas terhadap pekerjaan dan perusahaan, bagaimana menemukan sumber masalah dan memperbaikinya, bagaimana mengkomunikasikan ide-ide kita dengan komunikatif, bagaimana mengenali dan menghadapi karakter rekan-rekan kerja kita yang bermacam-macam, dan yang paling penting adalah bagaimana untuk TETAP TENANG DAN PROFESIONAL dalam situasi secepat, semenyebalkan dan serumit apapun itu.
Ilmu-ilmu ini lah yang menurut saya sangat berharga karena tidak pernah diajarkan semasa kita sekolah dulu, juga sangat MENJUAL di CV kita, apalagi disaat interview kerja, guyss.
3. Gajinya hmmm.. Lumayanlaah ~
Yang saya maksud disini adalah gaji MT SETELAH LULUS dari program tersebut, karena kemungkinan besar gajinya mendekati angka 8 jeti atau bahkan diatas 10 jeti. Sedangkan, gaji semasa menjadi MT yang belum lulus sangatlah bermacam-macam, tergantung perusahaannya, ada yang standar, ada yang besar, dan ada yang membuat kita mengeluskan dada karena kasihan. Yang pasti, perusahaan perusahaan besar nan kece sekelas P*rtamin*, Telk*m*el, dan Unile**r biasanya memberikan gaji sekitar 10 jeti untuk para MTnya yang berstatus belum lulus, apalagi kalau sudah lulus yaaa, hmm..
Saya sendiri mendapat gaji standar semasa menjadi MT, dan setelah lulus gajinya bisa dikategorikan hmmm lumayanlaaah.. ~
4. Bertemu Para Motivator
Ini adalah bagian yang paling saya suka semasa menjadi MT, yaitu bertemu dengan banyak sekali para motivator. Tapiii, yang saya maksud disini bukanlah motivator seperti Mario Teguh, dkk, guys, melainkan rekan-rekan kerja, dan rekan-rekan sesama MT saya yang memberi banyak sekali motivasi dan inspirasi dalam bekerja. Saya akan menceritakan beberapa dari para motivator tersebut menggunakan nama samaran yaaa guys, demi menjaga privasi mereka, dan supaya saya gak ketahuan ngomongin mereka disinii haha..
Yang pertama adalah si Cintana, seorang gadis jomblo keturunan Tionghoa lulusan MT tempat saya dulu bekerja yang sudah menjadi manajer di DC (Distribution Center) Sulawesi Selatan. Umurnya 1 tahun lebih tua dari saya (24 tahun pada saat itu), dan pemikirannya sangatlah dewasa, penuh empati dan bertanggung jawab.
Si Cintana ini sebenarnya orang kaya, guys, tapi dia sangatlah rendah hati dan bertanggung jawab. Bayangin aja dia selalu traktir para staf di DC SulSel ini at least seminggu sekali, dan selalu bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 1 atau 2 malam setiap hari (Senin - Sabtu), guyss. Bahkan hari Minggupun dia sudah biasa ditelpon klien-klien terkait masalah pekerjaan. Hmmm....saya saja sebenarnya tidak mengerti kenapa dia siap untuk bekerja seperti begitu setiap hari selama kurang lebih 1 tahun. Mungkin alasan paling logis dia adalah karena staf-staf DC SulSel ini sangatlah sedikit, yaitu hanya 6 orang di divisi logistik, dan juga staf disana sudah tua tua penunggu pensiun. Maklum DC ini isunya sudah mau dijual ke pihak ke-3.
Dan yang lebih membuat saya terkagum-kagum adalah rasa tanggung jawabnya untuk selalu pulang malam menghitung stok gudang dari jam 12 malam sampai jam 1 atau 2 malam setiap hari. Lebih-lebih lagi, dia pun bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan semua staf disana, in case ada staf yang tidak masuk atau telat.
Oiya, satu hal lagi yang tidak kalah mencengangkan adalah, dia selalu terlihat tenang menghadapi banyaknya masalah di DC SulSel yang sudah tua dan mau dijual ini, baik masalah miskomunikasi, partner perusahaan yang telat datang, sales yang ngeyel, dll.
Saya pernah menanyakan alasan kenapa dia bertahan melakukan hal-hal tersebut, jawabannya adalah demi masa depan dia sendiri. Hmmm..mungkin yang dia cari adalah ilmu yang bisa langsung diimplementasi untuk menjadi manajer di perusahaan tersebut atau di perusahaan lain yaa, guys. Yang pasti saya sangat salut dengan cewe satu ini.
Yang kedua sekaligus terakhir adalah teman seperjuangan saya selama menjadi supervisor junior di Mega DC Bekasi, namanya Fathon. Seorang cowo jomblo yang baru putus dari pacarnya saat itu, tetapi kalo bekerja sangat inisiatif, guys. Dia selalu merapikan dan mengurutkan dokumen-dokumen berdasarkan tanggal pengiriman lokasi, juga memberi tanda ke dokumen-dokumen prioritas yang harus diproses terlebih dahulu, tanpa disuruh. Dia pun sangat berani mengkritik manager dan supervisor senior di Mega DC, bila mereka mengambil keputusan si Fathon rasa justru membuat proses kerja menjadi semakin lama atau penuh resiko.
Sebenernya masih banyak motivator-motivator lain yang ingin saya ceritakan. Khususnya para lulusan S2 luar negri yang menjadi MT di perusahaan swasta ini. Tapi kalau disebut satu per satu tidak akan selesai-selesai, guys. hehhehe.
Oke sekarang lanjut ke sisi negatifnya ya guys. Cekidot !!
Sisi Negatif :
1. Pinaltii
Yapssss, pinaltiii. sejumlah uang yang tidak sedikit dan harus dibayar bila anda keluar dari perusahaan. Kalo masalah pinalti sih semua perusahaan rata-rata ada ya guys. Tapi kalo pinalti as an MT itu bukan main-main, karena perusahaan pastinya sangat menyayangkan bila MTnya keluar atau resign, secara perusahaan biasanya sudah menginvestasikan uangnya kepada para MT, berupa pelatihan dan ilmu ilmu penting untuk para MTnya.
Semasa saya menjadi MT sendiri, pinaltinya itu sebanyak 60 juta guys. Dan denger-denger, pinalti ODP (Officer Development Program) di bank bank BUMN bisa sampai 100 - 200 juta. Waaw angka yang fantastis ya guys. Oiya sekedar info tambahan ada juga beberapa perusahaan yang pinaltinya cukup mengembalikan jumlah dari gaji yang sudah diberikan kepada MT tersebut selama bekerja.
2. Kerja dan Berpikir Ekstra Demi Perusahaan
Poin ini adalah poin yang sangat saya rasakan selama menjadi MT, saya dituntut bukan hanya kerja ekstra lembur sampai larut malam, tapi juga berpikir menemukan dan mengimplementasi ide untuk memajukan bisnis perusahaan. Kalo masalah lembur, saya sendiri sudah sangat biasa dengan lembur dan loyalitas, seperti lembur lebih dari 6 jam selama di DC SulSel, bekerja 2 shift sekaligus di Mega DC Bekasi, tidak mendapat cuti lebaran supaya bekerja disaat hari-hari mendekati lebaran untuk memenuhi tingginya permintaan produk perusahaan.
Tapi yang jauh bikin pusing adalah menemukan ide yang bisa langsung diimplementasi untuk mengembangkan perusahaan. Ide saya sendiripun banyak sekali yang ditolak oleh manajer karena sulit dan mahal untuk diimplementasi, sehingga ide saya biasanya hanyalah ide-ide proyek kecil yang mudah dan cepat untuk diimplementasi, juga mudah untuk dimonitor.
Dari pengalaman saya sendiri, banyak sekali rekan MT saya yang tidak betah menjadi MT dikarenakan terus menerus dimarahi, stres tidak mencapai target, sakit, capek lembur, susah mengatur bawahan atau bekerja sama dengan rekan kerja karena jealous dengan MT, dll. Sehingga banyak sekali teman MT saya yang resign, bahkan kabur dari program ini. Ada juga yang sengaja menjelek jelekkan kinerja mereka sebagai MT agar perusahaan langsung mengeluarkannya sehingga mereka tidak terkena biaya pinalti.
Soooo kesimpulannya, hampir semua waktu, pikiran dan fisik kita seakan akan digunakan untuk melayani perusahaan tersebut, dan waktu kita menikmati momen privasi, mengembangkan hobi dan momen bersama keluarga dan teman sulit sekali untuk terealisasi, guys. :(
3. Belum tentu lulus
Jangan harap dengan menjadi MT, agan-agan atau aganwati sudah menjadi pegawai tetap dan pasti menjadi manajer di perusahaan tersebut. Karena menjadi MT masih butuh evaluasi dari perusahaan, apakah MT tersebut layak diberikan posisi penting, atau belum layak.
Tentunya kalo MT tersebut belum layak otomatis perusahaan akan mengeluarkannya. Sehingga membuat beberapa MT cukup gelisah dengan status MT ini. Tapi kalo agan atau aganwati fokus untuk bekerja keras, bekerja cerdas, dan bekerja ikhlas, besar kemungkinan bisa lolos dari program MT tersebut, kok.
Akhirnya selesai juga poin poin suka duka semasa saya menjadi MT.
Saran saya sih, menjadi MT itu CUKUP PERLU. Kenapa?? karena bagi saya sendiri menjadi MT dapat mendewasakan diri kita untuk menjadi pribadi yang bisa diandalkan, inisiatif, mandiri, mempunyai jiwa kepemimpinan, tenang, dan bertanggung jawab. Terlebih lagi, ilmu ilmu pelatihan, dan pengalaman semasa On The Job Training semasa menjadi MT itu sangat menjual dan bisa langsung dipraktikkan disaat kita bekerja, ataupun membangun bisnis kita, guys.
Tapi ujung-ujungnya pasti akan kembali ke diri kita masing-masing, apakah kita cocok atau tidak menjadi MT. Saya sendiri menyarankan kalau agan atau aganwati ingin mendirikan bisnis, cukup ambil ilmunya saja. Sedangkan bila agan atau aganwati ingin fokus mengembangkan karir, maka menjadi MT sangatlah perlu untuk mempercepat promosi jabatan.
Oke. terima kasih sudah membaca ya guys!!!
Salam Sukses dunia dan akhirat, dan tetap semangat, yaa!!!
Assalamu'alaikum wr. wb.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar